Minggu, 01 Juli 2012

Garuda Layani Kawasan Terpencil

JAKARTA (Suara Karya): PT Garuda Indonesia Tbk akan membeli pesawat baling-baling (turboprop) untuk angkutan ke kawasan terpencil mulai semester I 2013.
Pesawat dengan kapasitas 30 hingga 70 tempat duduk ini berfungsi sebagai pengumpan (feeder). Selain konsumsi bahan bakar yang efisien, harganya juga terjangkau atau tidak lebih dari 30 juta dolar AS. Pesawat yang akan didatangkan Garuda sejenis ATR-500/600 dengan 70 tempat duduk atau pesawat CN-250 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Direktur Utama Garuda Emirsyah Sattar mengatakan, pada tahap awal rencananya akan didatangkan 50 unit dari 200 unit yang ditargetkan. Hingga saat ini, Garuda masih mengkaji pesawat yang akan dibeli.
"Sudah pasti, tetapi belum tentu pesawat ATR. Bisa saja nanti Garuda pilih yang lain yang kapasitasnya sama," katanya di Jakarta, Kamis (28/6), di sela acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia.
Sebagai perusahaan terbuka (30 persen lebih saham dimiliki publik), pengembangan bisnis yang dilakukan Garuda bertujuan untuk menggenjot kinerja keuangan dan operasional. Intinya, pelayanan Garuda terus meningkat dan menjangkau seluruh daerah yang memiliki bandara. Pesawat kecil akan menjadi feeder pesawat yang lebih besar.
Di lain pihak, dalam RUPSLB, pemegang saham mengagendakan kuasi regorganisasi, peningkatan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu, serta perubahan susunan keanggotaan dewan komisaris. Kuasi reorganisasi perusahaan sesuai ketentuan PSAK 51 (Revisi 2003) dan Peraturan Bapepam Nomor IX.L.1 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kuasi Reorganisasi.
RUPSLB menyetujui pengurangan permodalan Garuda dengan cara menurunkan nilai nominal saham dari semula sebesar Rp 500 menjadi sebesar Rp 459. Ini akan dilaksanakan setelah peraturan pemerintah (PP) terkait pengurangan modal terbit. Dengan ini, permodalan Garuda turun dari Rp 15 triliun menjadi sebesar Rp 13,77 triliun serta modal disetor dari Rp 11.320 triliun menjadi Rp 10,392 triliun.
Kuasi reorganisasi dilaksanakan dalam rangka memperbaiki struktur ekuitas perusahaan dan mempermudah perusahaan dalam memperoleh pendanaan dalam rangka ekspansi usaha.
Selanjutnya, RUPSLB ini juga menyetujui pengeluaran saham baru Garuda yang akan diambil bagian seluruhnya oleh negara. Ini sebagai bagian dari tambahan penyertaan modal negara atas sejumlah aset. Sesuai agenda RUPSLB, pemegang saham juga menetapkan Peter F Gontha sebagai komisaris independen. (Syamsuri S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar